Guru Biasa "SaputraPeriblog"
Aku hanya selembar daun yang mulai menguning, dan sebantar lagi akan jatuh berguguran tertiup angin. Bertebaran di bumi tertutup oleh lembar lembar daun lainnya.
Cari Blog Ini
Kamis, 07 Juli 2022
Tips Memilih Sekolah yang Tepat untuk Anak
Kamis, 16 Juni 2022
Bandung Mempesona
Jumat, 08 April 2022
Ramadhan Bersama Keluarga Tercinta (h6)
Hari
ini tepat hari ke sepuluh saya menulis di kompasiana, selama ini beberapa
tulisan mengenai puisi, cerpen, artikel, dan sedikit hasil dari penelitian yang
pernah saya tulis hanya tersimpan rapi dalam laptop. Tetapi ketika saya membaca
tulisan beberapa rekan di kompasiana, membuat saya tergelitik dan tertarik
untuk menuangkan passion saya di sini. Entah apa namanya apakah saya telah
jatuh cinta dengan kompasiana atau apalah namanya ?. Tetapi yang jelas saya
hanya ingin berbagi lewat tulisan ini, dan berharap suatu saat nanti akan
tersimpan rapi di sini. Ketika ada sahabat, kerabat, ataupun yang ingin
membacanya toh mereka tidak sibuk lagi harus membongkar isi laptop saya. Hehehehehehhe!
Mengapa kita harus menulis ya
teman-teman ?
Meningatkan
pada pesan sastrawan yang begitu masyhur Pak Pram (Pramoedya Ananta Toer)
“Orang boleh saia padai setinggi
langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah dan di
tengah-tengah masyarakat”
Ketika
kita menulis, maka kita telah meninggalkan goresan-goresan yang dicatat dalam
sejarah, berupa warisan dalam bentuk tulisan. Walaupun sebenarnya saya adalah
guru bahasa Indonesia di salah satu SMA di Kabupaten Musi Rawas, sayapun mesti
harus rajin menulis. Karena saya akan berbagi informasi kepada murid-murid saya
tentang belajar menulis, seperti menulis puisi, cerpen, novel, karya ilmiah dan
lain sebagainya. Jadi mengingat pesannya Pak Pram, walaupun guru maka ketika tidak
menulis maka akan hilang.
Pagi ini sama seperti biasanya,
mengantarkan istriku ke Raudhatul Athfal kami di jalan Majapahit. Kira-kira
belum lima menit kami sudah sampai di RA, langsung saja istriku membuka pagar dan
aku merapikan pohon markisa yang sedang rindang-rindangnya di sekolah kami.
Sambil merapikan pohon markisa tak lama kemudian datanglah Umi Tia, salah satu
guru di RA Kami. Umi Tia bersama putrinya kira-kira usianya 4 atau 5 tahun. Langsung
menghampiri istriku dan bercerita
“ Umi ! aku dak puaso mi,
jingokla jajan ku banyak nian” yang jika diartikan
“Umi saya tidak puasa, lihat mi jajanan saya
banyak sekali”
Saya dan istri tertawa bersama hhahahahahah
“Sini wak minta ujar ku”
“nah bagilah wak minta jajanan
ayuk” ujar istriku dan diapun tersenyum.
Masjid di komplek rumah kami tidak
terlalu dekat dan tidak juga terlalu jauh, jadi cukup dengan berjalan kaki
saja. Malam ini Masjid kami sudah mulai Taraweh dengan dua puluh tiga rakaat,
sesampai di masjid kuperhatikan malam yang ke enam tidak sama seperti malam
pertama, kedua, dan sampai kelima. Malam sebelumnya masjid kami penuh sesak,
hingga jamaahnya tidak tertampung lagi, dan teras masjidpun digunakan untuk
sholat. Tapi tidak dengan malam ini atau malam ke enam, masjid kami tidak lagi
penuh sesak seperti malam-malam sebelumnya.
Jika dihitung barisan bapak-bapak
tersisa sekitar lima baris saja, sementara anak-anak di belakang kami sekitar
satu barisan saja. Ketika bersholawat kutolehkan pandanganku ke belakang
kulihat Abang dan Adek bersama teman-temannya mulai dari rakaat ke lima sampai
sepuluh hanya duduk bersandar di dinding masjid. Dengan raut wajah yang kusut
terlebih lagi menahan kantuk yang begitu berat dan kelelahan bermain bersama
teman-temannya. Selesai rakaat ke dua puluh kulihat Abang, Adek dan
teman-temannya juga ikut menyelesaikan sholat witir, selesai sholat witir
kuarahkan pandanganku kebelakang tak terlihat lagi barisan anak-anak termasuk
abang, dek akmal dan teman-temannya.
Inilah fenomena di masjid dekat
rumah kami, dan semoga saja tidak sama hal nya dengan masjid-masjid disekitar
rumah sahabat-sahabat semuanya. Karena begitu sayang rasanya meninggalkan rumah
Allah, yang pada saat nya nanti akan memberikan syafaat untuk kita. Tapi kita
terlebih dahulu yang telah meninggalkannya.
Sejujurnya ada rasa malu yang
begitu dalam dan sesal dalam diri ini, sesal itu begitu menyayat hati, hingga
menggores dan lukanya begitu dalam. Entah luka yang begitu dalam ini akankah terobati, tapi walaupun
terobati ia tetap meninggalkan bekas, bekas luka yang begitu pedih. Suatu saat
nanti akan menjadi bukti, bahwa ketidakberdayaan diri ini mengajak menuju
kearah kebaikan yang menjadi bekal dan kekal. Akankah di Ramadhan ini masjid
kami kembali penuh seperti semula ?
Inilah Ramadhan meninggalkan
banyak kisah...
Selasa, 05 April 2022
Ramadhan Bersama Keluarga Tercinta
Ketika kisah
ramadhan hari ketiga ini kutulis, alhamdulillah kota Lubuklinggau sedang di
guyur hujan cukup lebat. Sedari sebelum sholat asyar sore ini hari sudah
mendung, mendung yang sangat berat. Benar saja ketika pergi ke Masjid kami
berkejaran dengan hujan, kupacu sepeda motor milik istriku dengan cukup cepat agar segera tiba di masjid,
agar tak kehujanan. Memulai sholat asyar sore ini di ikuti dengan rintik-rintik
hujan membuat sholat asyar kami semakin syahdu.
Hari senin
merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur menyambut bulan suci Ramadhan,
sedangkan jadwal ketiga jagoanku adalah selasa, kamis, dan sabtu. Karena masih
dalam kondisi pandemi. Jadi jadwal sekolah mereka hanya tiga hari selama satu
minggu. Selasa ini, merupakan awal dari ketiga buah hati kami masuk sekolah. Kuantarkan
ketiganya sampai ke dalam pagar, memang kebahagiaan dan kesyahduan para orang
tua adalah ketika mengantarkan putra dan putri kesekolah.
Sambil mengantarkan
putra dan putri pergi kesekolah, ayah dan bunda bisa sambil bercerita kepada
mereka. Begitu juga dengan ku, tak kulewatkan kesyahduan bersama mereka. “kagek
baleknyo jam 9 kan dek” ucapku “tapi galak an baleknyo cepat bi” ujar kedua
putraku. Ia ujarku kagek abi jemput yo ! ketika samgpai di sekolah, kurapikan
tas mereka satu persatu dan ketiganya mencium tanganku, hati-hati ya sayang! Kulepaskan
putra putriku menuju kelasnya masing-masing. Sambil kulantunkan doa semoga apa
yang dicita-citakan nantinya akan tercapai.
Tepat sebelum jam
sembilan pagi, aku sudah berada di depan pagar sekolah mereka. Kedua putraku
pulang nya serentak, tapi tidak dengan Yuk Ima, karena yuk Ima kelas enam maka
pulangnya lebih lambat. Sekitar jam 10. Kusambut kedua putraku dengan senyum,
ayok bang, dek, ujarku. Selama perjalanan pulang keduanya bercerita tentang
aktivitas mereka bersama teman-temannya disekolah. Ada yang bermain, ada juga
yang tidak berpuasa, hingga tugas untuk hari berikutnya.
Jam
menunjukkan pukul dua belas nol-nol, aku masih berada di depan laptopku. Datanglah
dek mamal, dan “Abi boleh dak mecah puaso sekali be”
Dalam
hatiku merasa iba, tapi tak ku tunjukkan ke putraku. “sini dek abi gendong yo”
lantas kugendong belakang. Karena badannya memang berisi, terpaksa harus
gendong belakang. Aku sambil senyum-senyum saja “bentar lagi abi dan tegendong
lagi dengan adek ni” yuk “kito nonton sayang”
Dan
tetap saja dek mamal, masih ingin pecah puaso. Yuk sini kito bareng bae sayang
yo. Tak lama kemudian hape ku berdering...
Ternyata
istriku minta jemput dari sekolahnya. Sebelum menjemput istriku, “adek abi
jemput umi dulu yo” kagek kito tanyo umi boleh dak adek pecah puaso ?
Minggu, 03 April 2022
Ramadhan Bersama Jagoaan
Puasa merupakan hal yang paling dinanti dan ditunggu-
tunggu oleh kaum muslimin di seantero jagad raya, karena pada bulan puasa semua
pahala akan dilipatgandakan. Dan semua dosa akan diampuni jika mejalankan puasa
dengan baik. Di dalam bulan pusa juga ada satu malam yang lebih baik dari
seribu bulan, dan ada juga surat cinta yang Allah turunkan untuk umatnya pada
bulan Ramadhan. Oleh karena itu Ramadhan begitu spesial bagi umat muslim.
Sehari menjelang
sahur ketiga buah hati kami begitu semangatnya dan selalu bertanya-tanya “Abi
kapan kito puaso bi yo” terutama anak yang bungsu. Dedek mamal kami
memanggilnya di rumah, begitu juga anak pertama dan anak kedua kami yuk Ima dan Babang Adzka
kami memanggilnya. Mereka bertiga selalu semangat dan begitu antusias setiap
menyambut bulan suci Ramdhan pun begitu juga tahun tahun sebelumnya. Padahal usia
ketiga jagoaan kami masih tegolong anak-anak.
Yuk ima anak pertama
kami saat ini kelas enam SD, sedangkan babang Adzka anak kedua duduk di kelas tiga
SD, dan adek mamal anak ketiga kami masih kelas satu SD. Tetapi semangat mereka
bertiga luar biasa dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Seminggu sebelumnya
mereka bertiga dan uminya sudah bersiap siap menyambut tamu agung tahun ini,
dengan menghias rumah dengan asesoris Marhaban Ya Ramadhan. Begitu juga dengan
buku-buku tentang ramadhan sudah kami siapkan buat ketiganya.
Menjelang magrib
tiba tepatnya dua April 2022, sama
seperti biasanya ketiaga anak kami. Mereka selalu sholat tepat waktu dan
berjamaah, tepatnya di Masjid kompek perumahan kami. Tentu saja bersama-sama
teman mereka, hingga akhirnya aku dan istri tercinta menyusul mereka ke masjid,
Alahmdulillah gumanku dalam hati. Masjid penuh senak dan sulit bergerak, akupun
tak bisa masuk ke dalam masjid dan hanya kebagian sholat magrib di teras masjid. Beda dengan ketiga jagoaanku
mereka lebih awal tentu saja ketiganya sholat di dalam masjid. Begitu juga
degan sholat Isya dan Taraweh serta sholat Subuhnya masjid penuh dengan jamaah
yang tidak ingin melewatkan hari pertama ini dengan begitu saja.
Tibalah waktu sahur,
tepatnya tiga April 2022 atau 1443 Hijriah. Jam dua pagi istiku sudah bangun
selalu kuperhatikan walaupun tidak waktu puasa beliau selalu bangun tengah
malam dan sholat tahajjud. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan kali ini jam dua
sudah bangun dan memasak untuk kami sekeluarga besar. Tepatnya jam tiga malam
ada yang memanggil anakku nomer dua “Abang” “abang” ternyata anak tetangga kami
“Adnan” namanya ia teman Abang Adzka dan
dek mamal. Masuk sini “Nan” ujar istriku langsung beliau masuk dan membangunkan
abang adzka ternyata walaupun masih seprti mengigau tapi sudah bangun karena
diajak ngobrol sama Adnan, aku senyum senyum saja melihat buah hatiku dan
temannya. Seperti inilah beberapa puluh tahun yang lalu ketika diri ini
bersama-sama teman teman di kampung waktu itu saling membangunkan ketika sahur
tiba.
Kulihat Abang Adzka
dan temannya Adnan keluar rumah dan berteriak teriak di depan rumah
membangunkan teman-teman nya yang lain. Dan mereka sepakat ku dengar untuk sholat
subuh berjamah di masjidi. Ketika waktu menunjukkan pukul empat kamipun sekeluarga makan sahur bersama tak
lupa anak-anak memimpin doa untuk puasa.
Setelah selesai
makan sahur, yuk Ima, bang Adzka dan Dek Mamal kulihat mereka bertiga mengaji
sebentar dan disela-sela mengaji tentunya sambil minum. Kemudian merekapun
berangkat kemasjid bersama teman-temannya untuk sholat Subuh berjamaah. Kondisi
masjidpun sangat ramai baik orang tua, anak-anak penuh sekali masjid kami
sampai ke teras-teras dipenuhi jamaah. Alhamdulillah, semoga kondisi ini
selamanya bertahan ucapku dalam hati. Karena kondisi seperti ini sangat jarang
terjadi kecuali di awal-awal Ramdhan saja, selebihnya kembali seperti semula
hanya beberapa baris saja.
Keesokkan paginya
mulai dai subuh kulihat ketiganya tak tidur lagi setelah pulang dari masjid
lanjut mengaji kemudian bermain bersama teman-temannya. Sampai sekitar jam 10
pagi mereka masih asyik bermain bersama teman-temannya.
Sambil mengepel dan
istriku menjemur pakaian, umi jingok mi adek mi ujarku “biasonyo jam 9 kagek la
nak makan lagi” ucapku istikupun tersenyum hhhehehehhehe. Ia kami tau betul
bahwa dek mamal setelah pulang sekolah jam 9 biasanya minta makan lagi. Dan ternyata
memang benar pulang dari main “makan no” katanya meminta makan dengan neneknya.
Hehhehehe “dek amalkan pose” kata neneknya hehehhehe dan dek mamal
senyum-senyum dan tak jadi makannya.
Tapatnya jam 11
siang kulihat ketiganya tak kuat lagi menahan kantuk, dan mereka bertiga
tertidur pulas. Memang kondisi hari yang sangat panas dari dua minggu sebelumnya. Membuat Ramdhan tahun
ini benar-benar menahan haus dan dahaga yang luar biasa hebatnya. Mohon doanya
sahabat-sahabat semua semoga puasa kita dan anak anak kita semuanya dilancarkan
dan diterima oleh Allah SWT. Dan pada akhirnya nanti Allah menyiapkan beberapa
pintu syurga itu untuk umatnya dan kita termasuk di dalamnya, Aaminn.
Lubuklinggau, Sumsel. 03/04/2022.
Minggu, 20 Maret 2022
Diujung Penantian Seorang Guru
Diujung Penantian Seorang Guru
Peri
Saputra
Keruhnya kondisi dunia
pendidikan di Negeri tercinta ini, dan belum tuntasnya janji-janji
kemerdekaan terhadap anak bangsa.
Membuat hati bergetar dan tubuh melepuh,
rinai-rinai bening itu tidak mampu ditahan, entah berapa lama lagi
kondisi ini bertahta. Ingin rasanya diri ini mengadu kepadamu duhai negeriku
tercinta, menumpahkan segala isi hati
tapi tak bisa, hanya untaian bait-bait lirih ini yang mampu ku persembahkan
kepada dirimu duhai negeriku.
Diri ini sangat
memahami begitu sulit dan peliknya permasalahan duni pendidikan di Negeri
tercinta ini. Bukan karena bangsa kita tidak memiliki generasi yang cerdas,
bukan pula bangsa ini kekurangan tokoh yang peduli dengan dunia pendidikan, dan
bukan juga kekurangan guru yang memiliki integritas terhadap dunia pendidikan, negeri ini banyak memiliki generasi yang
cerdas banyak sekali. Bangsa ini juga tidak kekurangan dengan pemimpin yang
peduli dan cinta dengan dunia pendidikan. Tapi negeri ini kekurangan generasi
yang mau mengubah kondisi ini, kami sering kali tak berdaya jika berhadapan
dengan masalah ini. Kami ibarat burung-burung yang bisa terbang tapi kaki kami yang
satunya terikat di bumi.
Dalam goresan sederhana ini, diriku
sangat memahami bahwa tak sebanding dengan perjuangan teman-teman guru yang
lain. Mereka semua pejuang pejuang pendidikan yang ulung dan sangat tangguh,
keihklasan, kesungguhan menjadi senjata yang sangat efektif dalam menjalankan
tugas sebagai guru. Sesungguhnya kesempurnaan mendidik adalah milik para Rosul
dan Nabi Allah SWT, yang menjadi panutan dan tauladan bagi seluruh guru di
penjuru dunia ini.
Kisah ini dimulai tepatnya Satu
Januari tahun dua ribu sepuluh Ketika Pertama kali diriku diangkat sebagai
guru, walaupun sebenarnya diri ini telah berkecimpung dalam dunia pendidikan
dari tahun dua ribu lima di SMA PGRI Lubuklinggau Kota Lubuklinggau. Kemudian
hingga diri ini ditempatkan di SMA Negeri Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas
Provinsi Sumatera Selatan. Jarak dari rumah hingga sekolah tempat mengajar
sejauh enam puluh kilometer, tempat mengajar di Kabupaten Musi Rawas sedangkan
rumah kami di kota Lubuklinggau. Setiap hari jarak yang harus ku tempuh seratus
dua puluh kilometer untuk menemui anak-anak didikku. Dalam perjalanan dari
rumah kesekolah, memang jalannya sudah cukup bagus karena beraspal, tetapi
tidak sebagus jalan di Ibu Kota Provinsi, jalan yang ku lalui setiap tahun
pasti saja banyak lobang dan tak dirikupun pernah merasakan kerasnya aspal.
Hingga tubuhku terpental beberapa puluh meter dari atas kuda besiku.
Pada hari itu tepatnya peringatan hari pendidikan nasional, diriku seperti
biasa sebelum berangkat kesekolah, diri ini menjalankan kewajiban sebagai
hambaNya. Setelah selesai diriku seperti biasa membantu pekerjaan istri
sebisaku saja. Tepat jam 6.10 diriku mulai memacu motorku dengan kecepatan 70
Km perjam. Setelah perjalanan selama 30 menit takdir itu berbicara, diriku
harus merasakan kerasnya aspal. Hingga wajah dan tangan serta kakiku semuanya
luka. Alhamdulillah Allah SWT masih menyelamatkan diriku dan kecelakaan itu tak
sampai merenggut nyawa ini.
Mengajar dipelosok
negeri ini tepatnya di SMA Negeri Muara Kelingi, sebagai guru mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia tentu tantangannya cukup berat, karena dihadapkan
dengan permasalahan penggunaan bahasa daerah yang masih cukup kental dan merata
dikalangan siswa. Tantangan ini tentu menjadi motivasi tersendiri bagi diri
ini. Seiring dengan perjalanan waktu dari tahun dua ribu sepuluh hingga dua
ribu sembilan belas, hasilnya sedikit demi sedikit mulai terlihat. Karena sifat
dari penggunaan bahasa ialah mau mencoba dan tidak malu menggunakannya, dengan
kata lain siswa harus memiliki tauladan dalam penggunaan bahasa indonesia. Diri
ini berusaha memperbaiki penggunaan bahasa Indonesia bagi peserta didik, beberapa
cara yang pernah dilakukan disamping pada saat waktu pembelajaran menggunakan
bahasa Indonesia yang baik. Kemudian pada saat diri ini menjadi pembina upacara
atau kegiatan-kegiatan lain seperti perpisahan dan sebagainya, diriku selalu
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik.
Setelah
permasalahan penggunaan bahasa yang sedikit demi sedikit mampu di atasi, tentu
saja permasalahan berikutnya adalah keterampilan menulis, masalah menulis ini masih terus
dicarikan solusinya oleh diriku. Karena ketika siswa dihadapkan pada kertas dan
pena untuk menuangkan berbagai ide mereka kedalam bentuk tulisan pada saat itu
juga kebuntuan pasti melanda. Walaupun dalam proses belajar mengajar selalu
menggunakan metode dan penedekatan yang berbeda tetapi selalu saja hambatannya
kemampuan mengolah bahasa yang ada dalam pikiran untuk dijadikan tulisan dalam
lembar lembar buku, sama seperti siswaku berhadapan dengan hantu yang sangat
menakutkan dan menyeramkan.
Berbagai cara untuk membangkitkan minat menulis bagi siswaku, terus kucoba
kelas yang kuajarkan selalu kuberi motivasi bahwa menulis itu mulia, menulis
juga bisa menjadi profesi yang menjanjikan untuk kehidupan kedepannya. Karena
disekolahku kebanyakan cita-cita meraka hanya sebatas mejadi seorang Polisi,
Tentara, Bidan, Dokter. Sedikit demi sedikit mulai kuluruskan bahwa cita-cita
dan profesi yang ada di dunia ini bukan itu saja, menulispun bisa menjadi
profesi yang sangat menjanjikan dalam kehidupan ini. Kusampaikan kepada
anak-anakku siapa yang ingin hidup di dunia seribu tahun, dua ribu tahun, tiga
ribu tahun atau selama bumi masih berputar, maka menulislah. Selama tulisan
ananda semua masih ada maka selama itupula ananda akan terus hidup di dunia
nyata.
Melalui tulisan juga kita mampu mengubah cara pandang seseorang, mengubah
tingkah laku seseorang, mengubah segalanya dari yang belum tahu menjadi tahu
ujarku dihadapan anandaku semuanya. Selain dengan motivasi seperti itu,
anak-anak juga sering kuajak untuk membaca tulisan-tulisan inspirasi baik
melalui buku atau melalui handpon mereka. Dengan berbagai cara yang kulakukan
berharap suatu saat nanti akan muncul niat dari mereka untuk mencoba menulis,
menuangkan ide-ide mereka kedalam tulisan.
Diriku sangat berbangga ketika anandaku bernama Anisah Dzakiah Afifah yang
ku bimbing selama dua tahun terakhir, sekarang duduk di kelas XI IPA.3 SMA
Negeri Muara Kelingi mau mengikuti lomba menulis puisi, lomba yang kami ikuti
pertama sekali yang diadakan oleh rekan-rekan Guru Bahasa Indonesia melalui
MGMP Bahasa Indonesia Kabupaten Musi Rawas dalam rangka memperingati Bulan
Bahasa, mengadakan lomba cipta baca puisi, Alhasil dengan berbagai teori dan
strategi dalam menulis puisi kuberikan kepada Afifah anakku, bahkan kamipun
berlatih untuk membaca puisi dengan harapan akan masuk 10 besar dalam lomba
tersebut dan berhak melangkah kebabak berikutnya yaitu membakan puisi karya
sendiri. Tetapi nasib belum berpihak keada ananku ini, diapun tak masuk dalam
deretan 10 besar. Diriku tetap saja secara terus menerus memberikan semangat
kepada ananda yang satu ini, walaupun tidak menang kulihat ananda Afifah tidak
terlalu berputus asa.
Gagal menjadi juara lomba cipta dan baca puisi di tingkat Kabupaten Musi
Rawas, tidak membuat semangat Afifah memudar. Kali ini kami kembali mencoba
peruntungan di tingkat Provinsi Sumatera Selatan, mengikuti lomba cipta dan
baca puisi yang diadakan Universitas Taman Siswa di Palembang, Se Sumatera
Selatan. Beberapa kali puisi anandaku ini kulihat dan perbaikan, secara
intensif. Bahkan buku-buku yang berhubungan dengan puisi ku bawakan dari rumah
kupinjamkan kepada ananda Afifah ini, setelah kurasa puisi ini layak untuk
dikirimkan ke pihak panitia maka puisi ini kukirimkan melalui alamat emailku saputraperi97@yahoo.co.id. Tibahla saat pengumuman diriku pun
tak mau melihat hasilnya, karena diri ini tau untuk sekelas tingkat Provinsi
Sumatera Selatan rasanya tak mungkin akan masuk dalam kategori juara.
Sekitar pukul 23.00 WIB, handphoneku bergetar, dan kubaca pesan singkat itu
bahwa ananda Afifah menjadi juara pertama lomba cipta baca puisi tingkat
Provinsi Sumatera Selatan. Alhamdulillah ujarku, anak kampung sekolah di dusun
mampu bersaing dengan ribuan anak kota. Sungguh luar biasa ujarku. Terbaru
ananda Anisah Zakiah Afifah berhasil menjadi juara II lomba cipta baca puisi di
Universitas Sriwijaya Palembang. Pada saat ini saya dan ananda lagi
mempersiapkan karya berupa cerpen yang akan diikuti pada ajang FLS (Festifal
Literasi Sekolah) tahun 2019.
Pada akhirnya diri ini sangat memahami jika kesempurnaan dalam mendidik
hanyalah dimiliki oleh para Rosul Allah SWT, dirinya hanyalah dedebuan yang tersapu oleh angin, menjadi
penerang dalam pekat malam dengan sepercik api dari lilin yang mulai menggigil,
bahkan menjadi suluh dalam derasnya hujan tak kan mampu mengusir setitik
kekuasaan Allah SWT.
Kamis, 17 Maret 2022
MEMBENTUK KARAKTER ANAK NEGERI MELALUI AAC DAN RSS
LATAR BELAKANG MASALAH
Arus
globalisasi menjadikan aktualisasi gotong royong hanya sekedar ucapan belaka
tanpa memiliki makna, hingga saat ini kita sangat merindukan dengan sosok yang
bernama gotong royong karena dia telah menghilang dan tidak diketahui kemanakah dia pergi, sehingga
dia menghilang tanpa jejak tak tau rimbanya, entah itu dipedesaan, ataupun
diperkotaan. Sekarang tak pernah kita temui kebersamaan semacam itu, jikapun
ada hanya sebagian kecil saja. Tentu saja kita akan bertanya-tanya kemanakah
dia sesungguhnya, tidak betahkah dia berada di persada bumi pertiwi ini.
Sehingga dia begitu asing di negeri sendiri.
Memudarnya
gotong royong akibat dari rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap pekerjaan
tidak lagi bersifat sukarela, semuanya mulai dinilai dengan materi dan uang.
Sehingga jasa sangat diperlukan, kemudian penghargaan hanya didapat oleh
mereka-mereka yang mampu membayar. Kondisi yang terus menerus meninilai dari
materi seperti ini akan menjadikan nilai-nilai kebersamaan dalam gotong royong
begitu luhur menjadi semakin luntur.
Keadaan
di atas merupakan realitas yang ada di sekolah tempat penulis mengajar saat
ini, jangankan untuk bergotong royong membuang sampah secara individu dengan
kemauan sendiri tanpa disuruh. Merupakan suatu hal yang sangat langka untuk terlihat,
apalagi untuk bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah seperti kelas,
taman, parit, kantor, wc dan sebagainya. Hal itu tidak akan terlaksana, karena
siswa sudah terbiasa bekerja dengan tekanan seperti jadwal dan hukuman dari
guru. Bahkan dengan jadwal yang ada banyak siswa yang tidak melaksanakan piket
kelas mereka sendiri, hal ini tentu saja sangat menyedihkan.
Hal
yang tidak kala sangat menyedihkan adalah pendidik yang memegang peranan untuk
melaksanakan pendidikan karakter, terkadang terlena dengan keadaan sekitar
tempat tinggal sehingga di sekolah menjadi lupa jika mereka adalah contoh bagi
anak-anak yang kita ajarkan. Karena di sekolah anak-anak akan melihat dan menyaksikan
aksi-aksi dari Bapak dan Ibu guru mereka. Tentu saja hal semacam ini akan
membuat anak terkontaminasi jika melihat perlakuan guru-guru mereka saja tidak
bisa memberikan tauladan.
Pendidikan
karakter yang telah penulis lakukan di sekolah selama ini adalah menanamkan dan
menghidupkan kembali gotong royong (kerjasama, solidaritas, komunal dan
berorientasi pada kemaslahatan). Solusi yang penulis tawarkan ialah:
Membentuk
Relawan Sahabat Sampah
Relawan di ambil dari kelas-kelas
yang ada, cara mencari relawan tentu saja tanpa paksaan anak-anak tersebut
penulis tawarkan melalui Osis. Sehingga saat ini relawan yang ada berjumlah 32
orang. Terdiri dari kelas sepuluh, sebelas dan dua belas. Cara kerja yang kami
lakukan adalah setiap pagi senin sebelum upacara dan menunggu saat pelajaran
kosong, yang dibersihkan adalah lingkungan sekolah, halaman sekolah,
taman-taman, selokan dan wc.
Melalui kegiatan gotong
royong membersihkan lingkungan sekolah, taman, selokan, kantor, dan wc.
Kegiatan ini sudah mulai menampakkan hasil yang sangat mengembirakan sekolah
kami menjadi juara I lomba sekolah adiwiyata tingkat kabupaten Musi Rawas, dan
mewakili Kabupaten Musi Rawas ditingkat Provinsi Sumatera Selatan. Dari segi
fisik sangat menonjol sekali, tetapi sebenarnya keberhasilan sesungguhnya ialah
menjadikan penulis dan relawan menghidupkan kembali gotong royong yang selama
ini tidak pernah dilakukan. Tiba-tiba dengan pembentukan relawan sahabat sampah
ini, menjadi bukti bahwa penanaman karakter yang sesungguhnya tidak sulit dan
tidak membutuhkan biaya yang besar, siswa hanya membutuhkan keteladanan.
Sehingga pembiasaan gotong royong pada saat sebelum upacara dan jam pelajaran
kosong membuat kita bekerja sama, memperlihatkan kembali rasa solidaritas kita
sesama siswa demi kemaslahatan bersama, terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat.
Pelaksanaan kegiatan
gotong royong yang penulis lakukan bersama relawan belum sempurna, masih banyak
kekurangan. Karena dalam derap langkah kami beberapa hambatan terus menghujam
diantaranya, waktu untuk gotong royong
sedikit sekali karena waktu yang kami gunakan adalah sebelum pelaksanaan upacara
dan hari sabtu sebelum jam masuk, selebihnya memanfaatkan waktu jam pelajaran
yang gurunya berhalangan hadir. Sehingga waktu yang ada sangat sedikit sekali
untuk ukuran sekolah kami yang lebarnya kurang lebih dua hektar. Beberapa
hambatan ini sangat menarik bagi penulis untuk menyusun kembali formula waktu
yang tepat untuk digunakan oleh penulis dan relawan dalam bergotong royong.
INOVASI YANG DITAWARKAN
Mengatasi permasalahan sifat
individualisme, memudarnya gotong royong dan menghilangnya rasa kebersamaan
sehingga menjadi individualistis dan materialistis. Memang tidak mudah, bahkan
Negara melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghabiskan uang Triliunan
Rupiah hanya untuk membentuk kembali karakter-karekter peserta didik di negeri
ini. Penulis akan menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi krisis karakter
tersebut:
Pertama. Menghidupkan kembali kegiatan gotong royong diantara
siswa melalui relawan sahabat sampah, dengan melakukan kegiatan gotong royong
membersihkan lingkungan sekolah, taman, selokan dan wc. Akan membentuk kembali
kebersamaan, solidaritas diantara siswa, dengan adanya kebersamaan dan rasa
solidaritas tersebut penulis yakin kelak gotong royong akan kembali lagi dan
bersemi di negeri sendiri.
Kedua, mengajak peserta didik untuk hafiz Quran khususnya Juz
30. Melalui hafiz juz 30 akan menjadikan siswa semakin memahami bahwa
kebersihan dan kebersamaan telah di jelaskan oleh Allah SWT melalui ayat-ayat
cintaNya kepada kita semua. Dengan kedua inovasi ini penulis yakin akan mampu
mengatasi masalah pendidikan karakter sekarang ini.
TUJUAN
Permasalah
pendidikan karakter bukan hanya masalah bagi Pemerintah, Guru dan Orang Tua
saja. Tetapi semua ikut terlibat, oleh sebab itulah penulis memberikan solusi
untuk mengatasi masalah karakter tersebut melalui Relawan Sahabat Sampah dan
Ayat-Ayat Cinta. Tujuan akhirnya dari kegiatan yang penulis lakukan adalah
terciptanya generasi muda yang Religius,
Jujur, Peduli Lingkungan, dan Peduli Sosial.
Jika
sebelumnya siswa bersifat individualisme mereka akan menjalin kebersamaan,
Jika sebelumnya siswa tidak perduli
dengan lingkungan yang kotor setelah penulis rekrut menjadi relawan maka mereka
akan peduli dengan lingkungan sekolah.
Bahkan kabar menggembirakan gerakan relawan ini akan membentuk semacam jaring
laba-laba yang semakin hari membuat siswa lainnya tertarik dan mengikuti
kegiatan ini.
MANFAAT
1. Jangka Pendek
Manfaat nyata yang sudah dirasakan saat ini seluruh lingkungan sekolah menjadi bersih, nyaman dan bebas sampah. Jika dulu siswa takut untuk buang air kecil ke WC. Tetapi dengan adanya relawan ini wc pun menjadi tempat yang menyenangkan karena bersih dan tidak berbau.
2. Jangka Menengah
Menjadikan sekolah ini sebagai sekolah model yang bebas sampah, dan sebagai salah satu basis menghidupkan kembali gotong royong, menumbuhkan kembali kebersamaan, yang selama beberapa dekade telah hilang dinegeri ini.
3. Jangka Panjang
Penulis berangan-angan untuk jangka panjangnya program yang dibuat oleh penulis akan menjadi program secara Nasional, karena penggabungan Ayat-Ayat Cinta dan Relawan Sahabat Sampah merupakan titik awal pendidikan karakter yang sebenarnya. Karena tidak perlu mengeluarkan dana sampai Triliunan Rupiah hanya untuk karakter, cukup dengan mengajarkan kembali ayat-ayat cinta dan menanamkan kembali gotong royong pendidikan itu akan berhasil.
SUMBER DAYA PENDUKUNG
Setiap
kegiatan yang akan penulis lakukan tentu saja membutuhkan sumber daya pendukung
untuk dapat menjalankan program-program yang telah disusun. Pertama tentu saja, Sumber Daya
Manusia sangat diperlukan penulis dalam
kegiatan ini, terutama rekan sesama guru memiliki cara pandang yang sama dengan
penulis sehingga penulis tidak sendiri dalam membimbing dan bekerjasama dengan anak-anak relawan. Kedua penulis sangat berharap di daerah
kami khususnya Kabupaten Musi Rawas nantinya memiliki tenaga yang memang Hafis
Alquran sebagai kordinator anak-anak untuk Hafiz Quran. Ketiga, untuk melaksanakan program hafiz Qur’an sekolah membutuhkan
Al Qur’an sekitar enam ratus.
Jika
ketiga sumber daya pendukung tersebut terpenuhi penulis sangat yakin pendidikan
karakter khusunya di sekolah kami dapat tercapai dengan baik. Dengan harapan
nantinya program ini akan di contoh oleh Nasional.
SIMPULAN
Memudarnya
gotong royong akibat dari rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap pekerjaan
tidak lagi bersifat sukarela, semuanya mulai dinilai dengan materi dan uang.
Sehingga jasa sangat diperlukan, kemudian penghargaan hanya didapat oleh
mereka-mereka yang mampu membayar.
Inovasi
yang penulis terapkan untuk membentuk kembali karakter tersebut melalui relawan
sahabat sampah dan Hafiz Al Quran Juz 30. Melalui relawan sahabat sampah dan
hafiz Quran tersebut diharapkan menjadi solusi yang efektif dalam dunia
pendidikan. Pada akhirnya nanti penulis berharap negara ini akan kembali lagi
pada jati diri yang sesungguhnya.
Tips Memilih Sekolah yang Tepat untuk Anak
Pendidikan formal masih menjadi primadona bagi orang tua, dan orang tua menganggap pendidikan formal ini harus ditempuh setiap anak. Di Indo...
Populer Post
-
Puasa merupakan hal yang paling dinanti dan ditunggu- tunggu oleh kaum muslimin di seantero jagad raya, karena pada bulan puasa semua pa...
-
Tak selamanya Oemar Bakri itu identik dengan menulis, membaca buku, siswa dan mengajar. Karena guru juga manusia, memang kebahagiaan kami...
-
Hari ini tepat hari ke sepuluh saya menulis di kompasiana, selama ini beberapa tulisan mengenai puisi, cerpen, artikel, dan sedikit hasil ...


