Cari Blog Ini

Kamis, 17 Maret 2022

MEMBENTUK KARAKTER ANAK NEGERI MELALUI AAC DAN RSS

LATAR BELAKANG MASALAH

            Arus globalisasi menjadikan aktualisasi gotong royong hanya sekedar ucapan belaka tanpa memiliki makna, hingga saat ini kita sangat merindukan dengan sosok yang bernama gotong royong karena dia telah menghilang dan  tidak diketahui kemanakah dia pergi, sehingga dia menghilang tanpa jejak tak tau rimbanya, entah itu dipedesaan, ataupun diperkotaan. Sekarang tak pernah kita temui kebersamaan semacam itu, jikapun ada hanya sebagian kecil saja. Tentu saja kita akan bertanya-tanya kemanakah dia sesungguhnya, tidak betahkah dia berada di persada bumi pertiwi ini. Sehingga dia begitu asing di negeri sendiri.

            Memudarnya gotong royong akibat dari rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap pekerjaan tidak lagi bersifat sukarela, semuanya mulai dinilai dengan materi dan uang. Sehingga jasa sangat diperlukan, kemudian penghargaan hanya didapat oleh mereka-mereka yang mampu membayar. Kondisi yang terus menerus meninilai dari materi seperti ini akan menjadikan nilai-nilai kebersamaan dalam gotong royong begitu luhur menjadi semakin luntur.

            Keadaan di atas merupakan realitas yang ada di sekolah tempat penulis mengajar saat ini, jangankan untuk bergotong royong membuang sampah secara individu dengan kemauan sendiri tanpa disuruh. Merupakan suatu hal yang sangat langka untuk terlihat, apalagi untuk bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah seperti kelas, taman, parit, kantor, wc dan sebagainya. Hal itu tidak akan terlaksana, karena siswa sudah terbiasa bekerja dengan tekanan seperti jadwal dan hukuman dari guru. Bahkan dengan jadwal yang ada banyak siswa yang tidak melaksanakan piket kelas mereka sendiri, hal ini tentu saja sangat menyedihkan.

            Hal yang tidak kala sangat menyedihkan adalah pendidik yang memegang peranan untuk melaksanakan pendidikan karakter, terkadang terlena dengan keadaan sekitar tempat tinggal sehingga di sekolah menjadi lupa jika mereka adalah contoh bagi anak-anak yang kita ajarkan. Karena di sekolah anak-anak akan melihat dan menyaksikan aksi-aksi dari Bapak dan Ibu guru mereka. Tentu saja hal semacam ini akan membuat anak terkontaminasi jika melihat perlakuan guru-guru mereka saja tidak bisa memberikan tauladan.

            Pendidikan karakter yang telah penulis lakukan di sekolah selama ini adalah menanamkan dan menghidupkan kembali gotong royong  (kerjasama, solidaritas, komunal dan berorientasi pada kemaslahatan). Solusi yang penulis tawarkan ialah:

Membentuk Relawan Sahabat Sampah

Relawan di ambil dari kelas-kelas yang ada, cara mencari relawan tentu saja tanpa paksaan anak-anak tersebut penulis tawarkan melalui Osis. Sehingga saat ini relawan yang ada berjumlah 32 orang. Terdiri dari kelas sepuluh, sebelas dan dua belas. Cara kerja yang kami lakukan adalah setiap pagi senin sebelum upacara dan menunggu saat pelajaran kosong, yang dibersihkan adalah lingkungan sekolah, halaman sekolah, taman-taman, selokan dan wc.

Melalui kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah, taman, selokan, kantor, dan wc. Kegiatan ini sudah mulai menampakkan hasil yang sangat mengembirakan sekolah kami menjadi juara I lomba sekolah adiwiyata tingkat kabupaten Musi Rawas, dan mewakili Kabupaten Musi Rawas ditingkat Provinsi Sumatera Selatan. Dari segi fisik sangat menonjol sekali, tetapi sebenarnya keberhasilan sesungguhnya ialah menjadikan penulis dan relawan menghidupkan kembali gotong royong yang selama ini tidak pernah dilakukan. Tiba-tiba dengan pembentukan relawan sahabat sampah ini, menjadi bukti bahwa penanaman karakter yang sesungguhnya tidak sulit dan tidak membutuhkan biaya yang besar, siswa hanya membutuhkan keteladanan. Sehingga pembiasaan gotong royong pada saat sebelum upacara dan jam pelajaran kosong membuat kita bekerja sama, memperlihatkan kembali rasa solidaritas kita sesama siswa demi kemaslahatan bersama, terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.

Pelaksanaan kegiatan gotong royong yang penulis lakukan bersama relawan belum sempurna, masih banyak kekurangan. Karena dalam derap langkah kami beberapa hambatan terus menghujam diantaranya, waktu untuk  gotong royong sedikit sekali karena waktu yang kami gunakan adalah sebelum pelaksanaan upacara dan hari sabtu sebelum jam masuk, selebihnya memanfaatkan waktu jam pelajaran yang gurunya berhalangan hadir. Sehingga waktu yang ada sangat sedikit sekali untuk ukuran sekolah kami yang lebarnya kurang lebih dua hektar. Beberapa hambatan ini sangat menarik bagi penulis untuk menyusun kembali formula waktu yang tepat untuk digunakan oleh penulis dan relawan dalam bergotong royong.

INOVASI YANG DITAWARKAN

            Mengatasi permasalahan sifat individualisme, memudarnya gotong royong dan menghilangnya rasa kebersamaan sehingga menjadi individualistis dan materialistis. Memang tidak mudah, bahkan Negara melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghabiskan uang Triliunan Rupiah hanya untuk membentuk kembali karakter-karekter peserta didik di negeri ini. Penulis akan menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi krisis karakter tersebut:

Pertama. Menghidupkan kembali kegiatan gotong royong diantara siswa melalui relawan sahabat sampah, dengan melakukan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekolah, taman, selokan dan wc. Akan membentuk kembali kebersamaan, solidaritas diantara siswa, dengan adanya kebersamaan dan rasa solidaritas tersebut penulis yakin kelak gotong royong akan kembali lagi dan bersemi di negeri sendiri.

Kedua, mengajak peserta didik untuk hafiz Quran khususnya Juz 30. Melalui hafiz juz 30 akan menjadikan siswa semakin memahami bahwa kebersihan dan kebersamaan telah di jelaskan oleh Allah SWT melalui ayat-ayat cintaNya kepada kita semua. Dengan kedua inovasi ini penulis yakin akan mampu mengatasi masalah pendidikan karakter sekarang ini.

 

TUJUAN

            Permasalah pendidikan karakter bukan hanya masalah bagi Pemerintah, Guru dan Orang Tua saja. Tetapi semua ikut terlibat, oleh sebab itulah penulis memberikan solusi untuk mengatasi masalah karakter tersebut melalui Relawan Sahabat Sampah dan Ayat-Ayat Cinta. Tujuan akhirnya dari kegiatan yang penulis lakukan adalah terciptanya generasi muda yang Religius, Jujur, Peduli Lingkungan, dan Peduli Sosial.

            Jika sebelumnya siswa bersifat individualisme mereka akan menjalin kebersamaan,

Jika sebelumnya siswa tidak perduli dengan lingkungan yang kotor setelah penulis rekrut menjadi relawan maka mereka akan  peduli dengan lingkungan sekolah. Bahkan kabar menggembirakan gerakan relawan ini akan membentuk semacam jaring laba-laba yang semakin hari membuat siswa lainnya tertarik dan mengikuti kegiatan ini.

 MANFAAT

     1.    Jangka Pendek

Manfaat nyata yang sudah dirasakan saat ini seluruh lingkungan sekolah menjadi bersih, nyaman dan bebas sampah. Jika dulu siswa takut untuk buang air kecil ke WC. Tetapi dengan adanya relawan ini wc pun menjadi tempat yang menyenangkan karena bersih dan tidak berbau.

2.        Jangka Menengah

Menjadikan sekolah ini sebagai sekolah model yang bebas sampah, dan sebagai salah satu basis menghidupkan kembali gotong royong, menumbuhkan kembali kebersamaan,  yang selama beberapa dekade telah hilang dinegeri ini.

3.        Jangka Panjang

Penulis berangan-angan untuk jangka panjangnya program yang dibuat oleh penulis akan menjadi program secara Nasional, karena penggabungan Ayat-Ayat Cinta dan Relawan Sahabat Sampah merupakan titik awal pendidikan karakter yang sebenarnya. Karena tidak perlu mengeluarkan dana sampai Triliunan Rupiah hanya untuk karakter, cukup dengan mengajarkan kembali ayat-ayat cinta dan menanamkan kembali gotong royong pendidikan itu akan berhasil.

 

SUMBER DAYA PENDUKUNG

            Setiap kegiatan yang akan penulis lakukan tentu saja membutuhkan sumber daya pendukung untuk dapat menjalankan program-program yang telah disusun. Pertama tentu saja, Sumber Daya Manusia  sangat diperlukan penulis dalam kegiatan ini, terutama rekan sesama guru memiliki cara pandang yang sama dengan penulis sehingga penulis tidak sendiri dalam membimbing dan bekerjasama dengan anak-anak relawan. Kedua penulis sangat berharap di daerah kami khususnya Kabupaten Musi Rawas nantinya memiliki tenaga yang memang Hafis Alquran sebagai kordinator anak-anak untuk Hafiz Quran. Ketiga, untuk melaksanakan program hafiz Qur’an sekolah membutuhkan Al Qur’an sekitar enam ratus.

            Jika ketiga sumber daya pendukung tersebut terpenuhi penulis sangat yakin pendidikan karakter khusunya di sekolah kami dapat tercapai dengan baik. Dengan harapan nantinya program ini akan di contoh oleh Nasional.

 SIMPULAN

            Memudarnya gotong royong akibat dari rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap pekerjaan tidak lagi bersifat sukarela, semuanya mulai dinilai dengan materi dan uang. Sehingga jasa sangat diperlukan, kemudian penghargaan hanya didapat oleh mereka-mereka yang mampu membayar.

            Inovasi yang penulis terapkan untuk membentuk kembali karakter tersebut melalui relawan sahabat sampah dan Hafiz Al Quran Juz 30. Melalui relawan sahabat sampah dan hafiz Quran tersebut diharapkan menjadi solusi yang efektif dalam dunia pendidikan. Pada akhirnya nanti penulis berharap negara ini akan kembali lagi pada jati diri yang sesungguhnya.

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Memilih Sekolah yang Tepat untuk Anak

Pendidikan formal masih menjadi primadona bagi orang tua, dan orang tua menganggap pendidikan formal ini harus ditempuh setiap anak. Di Indo...

Populer Post