LATAR BELAKANG MASALAH
Arus
globalisasi menjadikan aktualisasi gotong royong hanya sekedar ucapan belaka
tanpa memiliki makna, hingga saat ini kita sangat merindukan dengan sosok yang
bernama gotong royong karena dia telah menghilang dan tidak diketahui kemanakah dia pergi, sehingga
dia menghilang tanpa jejak tak tau rimbanya, entah itu dipedesaan, ataupun
diperkotaan. Sekarang tak pernah kita temui kebersamaan semacam itu, jikapun
ada hanya sebagian kecil saja. Tentu saja kita akan bertanya-tanya kemanakah
dia sesungguhnya, tidak betahkah dia berada di persada bumi pertiwi ini.
Sehingga dia begitu asing di negeri sendiri.
Memudarnya
gotong royong akibat dari rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap pekerjaan
tidak lagi bersifat sukarela, semuanya mulai dinilai dengan materi dan uang.
Sehingga jasa sangat diperlukan, kemudian penghargaan hanya didapat oleh
mereka-mereka yang mampu membayar. Kondisi yang terus menerus meninilai dari
materi seperti ini akan menjadikan nilai-nilai kebersamaan dalam gotong royong
begitu luhur menjadi semakin luntur.
Keadaan
di atas merupakan realitas yang ada di sekolah tempat penulis mengajar saat
ini, jangankan untuk bergotong royong membuang sampah secara individu dengan
kemauan sendiri tanpa disuruh. Merupakan suatu hal yang sangat langka untuk terlihat,
apalagi untuk bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah seperti kelas,
taman, parit, kantor, wc dan sebagainya. Hal itu tidak akan terlaksana, karena
siswa sudah terbiasa bekerja dengan tekanan seperti jadwal dan hukuman dari
guru. Bahkan dengan jadwal yang ada banyak siswa yang tidak melaksanakan piket
kelas mereka sendiri, hal ini tentu saja sangat menyedihkan.
Hal
yang tidak kala sangat menyedihkan adalah pendidik yang memegang peranan untuk
melaksanakan pendidikan karakter, terkadang terlena dengan keadaan sekitar
tempat tinggal sehingga di sekolah menjadi lupa jika mereka adalah contoh bagi
anak-anak yang kita ajarkan. Karena di sekolah anak-anak akan melihat dan menyaksikan
aksi-aksi dari Bapak dan Ibu guru mereka. Tentu saja hal semacam ini akan
membuat anak terkontaminasi jika melihat perlakuan guru-guru mereka saja tidak
bisa memberikan tauladan.
Pendidikan
karakter yang telah penulis lakukan di sekolah selama ini adalah menanamkan dan
menghidupkan kembali gotong royong (kerjasama, solidaritas, komunal dan
berorientasi pada kemaslahatan). Solusi yang penulis tawarkan ialah:
Membentuk
Relawan Sahabat Sampah
Relawan di ambil dari kelas-kelas
yang ada, cara mencari relawan tentu saja tanpa paksaan anak-anak tersebut
penulis tawarkan melalui Osis. Sehingga saat ini relawan yang ada berjumlah 32
orang. Terdiri dari kelas sepuluh, sebelas dan dua belas. Cara kerja yang kami
lakukan adalah setiap pagi senin sebelum upacara dan menunggu saat pelajaran
kosong, yang dibersihkan adalah lingkungan sekolah, halaman sekolah,
taman-taman, selokan dan wc.
Melalui kegiatan gotong
royong membersihkan lingkungan sekolah, taman, selokan, kantor, dan wc.
Kegiatan ini sudah mulai menampakkan hasil yang sangat mengembirakan sekolah
kami menjadi juara I lomba sekolah adiwiyata tingkat kabupaten Musi Rawas, dan
mewakili Kabupaten Musi Rawas ditingkat Provinsi Sumatera Selatan. Dari segi
fisik sangat menonjol sekali, tetapi sebenarnya keberhasilan sesungguhnya ialah
menjadikan penulis dan relawan menghidupkan kembali gotong royong yang selama
ini tidak pernah dilakukan. Tiba-tiba dengan pembentukan relawan sahabat sampah
ini, menjadi bukti bahwa penanaman karakter yang sesungguhnya tidak sulit dan
tidak membutuhkan biaya yang besar, siswa hanya membutuhkan keteladanan.
Sehingga pembiasaan gotong royong pada saat sebelum upacara dan jam pelajaran
kosong membuat kita bekerja sama, memperlihatkan kembali rasa solidaritas kita
sesama siswa demi kemaslahatan bersama, terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat.
Pelaksanaan kegiatan
gotong royong yang penulis lakukan bersama relawan belum sempurna, masih banyak
kekurangan. Karena dalam derap langkah kami beberapa hambatan terus menghujam
diantaranya, waktu untuk gotong royong
sedikit sekali karena waktu yang kami gunakan adalah sebelum pelaksanaan upacara
dan hari sabtu sebelum jam masuk, selebihnya memanfaatkan waktu jam pelajaran
yang gurunya berhalangan hadir. Sehingga waktu yang ada sangat sedikit sekali
untuk ukuran sekolah kami yang lebarnya kurang lebih dua hektar. Beberapa
hambatan ini sangat menarik bagi penulis untuk menyusun kembali formula waktu
yang tepat untuk digunakan oleh penulis dan relawan dalam bergotong royong.
INOVASI YANG DITAWARKAN
Mengatasi permasalahan sifat
individualisme, memudarnya gotong royong dan menghilangnya rasa kebersamaan
sehingga menjadi individualistis dan materialistis. Memang tidak mudah, bahkan
Negara melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menghabiskan uang Triliunan
Rupiah hanya untuk membentuk kembali karakter-karekter peserta didik di negeri
ini. Penulis akan menawarkan beberapa solusi untuk mengatasi krisis karakter
tersebut:
Pertama. Menghidupkan kembali kegiatan gotong royong diantara
siswa melalui relawan sahabat sampah, dengan melakukan kegiatan gotong royong
membersihkan lingkungan sekolah, taman, selokan dan wc. Akan membentuk kembali
kebersamaan, solidaritas diantara siswa, dengan adanya kebersamaan dan rasa
solidaritas tersebut penulis yakin kelak gotong royong akan kembali lagi dan
bersemi di negeri sendiri.
Kedua, mengajak peserta didik untuk hafiz Quran khususnya Juz
30. Melalui hafiz juz 30 akan menjadikan siswa semakin memahami bahwa
kebersihan dan kebersamaan telah di jelaskan oleh Allah SWT melalui ayat-ayat
cintaNya kepada kita semua. Dengan kedua inovasi ini penulis yakin akan mampu
mengatasi masalah pendidikan karakter sekarang ini.
TUJUAN
Permasalah
pendidikan karakter bukan hanya masalah bagi Pemerintah, Guru dan Orang Tua
saja. Tetapi semua ikut terlibat, oleh sebab itulah penulis memberikan solusi
untuk mengatasi masalah karakter tersebut melalui Relawan Sahabat Sampah dan
Ayat-Ayat Cinta. Tujuan akhirnya dari kegiatan yang penulis lakukan adalah
terciptanya generasi muda yang Religius,
Jujur, Peduli Lingkungan, dan Peduli Sosial.
Jika
sebelumnya siswa bersifat individualisme mereka akan menjalin kebersamaan,
Jika sebelumnya siswa tidak perduli
dengan lingkungan yang kotor setelah penulis rekrut menjadi relawan maka mereka
akan peduli dengan lingkungan sekolah.
Bahkan kabar menggembirakan gerakan relawan ini akan membentuk semacam jaring
laba-laba yang semakin hari membuat siswa lainnya tertarik dan mengikuti
kegiatan ini.
MANFAAT
1. Jangka Pendek
Manfaat nyata yang sudah dirasakan saat ini seluruh lingkungan sekolah menjadi bersih, nyaman dan bebas sampah. Jika dulu siswa takut untuk buang air kecil ke WC. Tetapi dengan adanya relawan ini wc pun menjadi tempat yang menyenangkan karena bersih dan tidak berbau.
2. Jangka Menengah
Menjadikan sekolah ini sebagai sekolah model yang bebas sampah, dan sebagai salah satu basis menghidupkan kembali gotong royong, menumbuhkan kembali kebersamaan, yang selama beberapa dekade telah hilang dinegeri ini.
3. Jangka Panjang
Penulis berangan-angan untuk jangka panjangnya program yang dibuat oleh penulis akan menjadi program secara Nasional, karena penggabungan Ayat-Ayat Cinta dan Relawan Sahabat Sampah merupakan titik awal pendidikan karakter yang sebenarnya. Karena tidak perlu mengeluarkan dana sampai Triliunan Rupiah hanya untuk karakter, cukup dengan mengajarkan kembali ayat-ayat cinta dan menanamkan kembali gotong royong pendidikan itu akan berhasil.
SUMBER DAYA PENDUKUNG
Setiap
kegiatan yang akan penulis lakukan tentu saja membutuhkan sumber daya pendukung
untuk dapat menjalankan program-program yang telah disusun. Pertama tentu saja, Sumber Daya
Manusia sangat diperlukan penulis dalam
kegiatan ini, terutama rekan sesama guru memiliki cara pandang yang sama dengan
penulis sehingga penulis tidak sendiri dalam membimbing dan bekerjasama dengan anak-anak relawan. Kedua penulis sangat berharap di daerah
kami khususnya Kabupaten Musi Rawas nantinya memiliki tenaga yang memang Hafis
Alquran sebagai kordinator anak-anak untuk Hafiz Quran. Ketiga, untuk melaksanakan program hafiz Qur’an sekolah membutuhkan
Al Qur’an sekitar enam ratus.
Jika
ketiga sumber daya pendukung tersebut terpenuhi penulis sangat yakin pendidikan
karakter khusunya di sekolah kami dapat tercapai dengan baik. Dengan harapan
nantinya program ini akan di contoh oleh Nasional.
SIMPULAN
Memudarnya
gotong royong akibat dari rasa kebersamaan mulai menurun dan setiap pekerjaan
tidak lagi bersifat sukarela, semuanya mulai dinilai dengan materi dan uang.
Sehingga jasa sangat diperlukan, kemudian penghargaan hanya didapat oleh
mereka-mereka yang mampu membayar.
Inovasi
yang penulis terapkan untuk membentuk kembali karakter tersebut melalui relawan
sahabat sampah dan Hafiz Al Quran Juz 30. Melalui relawan sahabat sampah dan
hafiz Quran tersebut diharapkan menjadi solusi yang efektif dalam dunia
pendidikan. Pada akhirnya nanti penulis berharap negara ini akan kembali lagi
pada jati diri yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar