Ketika kisah
ramadhan hari ketiga ini kutulis, alhamdulillah kota Lubuklinggau sedang di
guyur hujan cukup lebat. Sedari sebelum sholat asyar sore ini hari sudah
mendung, mendung yang sangat berat. Benar saja ketika pergi ke Masjid kami
berkejaran dengan hujan, kupacu sepeda motor milik istriku dengan cukup cepat agar segera tiba di masjid,
agar tak kehujanan. Memulai sholat asyar sore ini di ikuti dengan rintik-rintik
hujan membuat sholat asyar kami semakin syahdu.
Hari senin
merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur menyambut bulan suci Ramadhan,
sedangkan jadwal ketiga jagoanku adalah selasa, kamis, dan sabtu. Karena masih
dalam kondisi pandemi. Jadi jadwal sekolah mereka hanya tiga hari selama satu
minggu. Selasa ini, merupakan awal dari ketiga buah hati kami masuk sekolah. Kuantarkan
ketiganya sampai ke dalam pagar, memang kebahagiaan dan kesyahduan para orang
tua adalah ketika mengantarkan putra dan putri kesekolah.
Sambil mengantarkan
putra dan putri pergi kesekolah, ayah dan bunda bisa sambil bercerita kepada
mereka. Begitu juga dengan ku, tak kulewatkan kesyahduan bersama mereka. “kagek
baleknyo jam 9 kan dek” ucapku “tapi galak an baleknyo cepat bi” ujar kedua
putraku. Ia ujarku kagek abi jemput yo ! ketika samgpai di sekolah, kurapikan
tas mereka satu persatu dan ketiganya mencium tanganku, hati-hati ya sayang! Kulepaskan
putra putriku menuju kelasnya masing-masing. Sambil kulantunkan doa semoga apa
yang dicita-citakan nantinya akan tercapai.
Tepat sebelum jam
sembilan pagi, aku sudah berada di depan pagar sekolah mereka. Kedua putraku
pulang nya serentak, tapi tidak dengan Yuk Ima, karena yuk Ima kelas enam maka
pulangnya lebih lambat. Sekitar jam 10. Kusambut kedua putraku dengan senyum,
ayok bang, dek, ujarku. Selama perjalanan pulang keduanya bercerita tentang
aktivitas mereka bersama teman-temannya disekolah. Ada yang bermain, ada juga
yang tidak berpuasa, hingga tugas untuk hari berikutnya.
Jam
menunjukkan pukul dua belas nol-nol, aku masih berada di depan laptopku. Datanglah
dek mamal, dan “Abi boleh dak mecah puaso sekali be”
Dalam
hatiku merasa iba, tapi tak ku tunjukkan ke putraku. “sini dek abi gendong yo”
lantas kugendong belakang. Karena badannya memang berisi, terpaksa harus
gendong belakang. Aku sambil senyum-senyum saja “bentar lagi abi dan tegendong
lagi dengan adek ni” yuk “kito nonton sayang”
Dan
tetap saja dek mamal, masih ingin pecah puaso. Yuk sini kito bareng bae sayang
yo. Tak lama kemudian hape ku berdering...
Ternyata
istriku minta jemput dari sekolahnya. Sebelum menjemput istriku, “adek abi
jemput umi dulu yo” kagek kito tanyo umi boleh dak adek pecah puaso ?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar