Cari Blog Ini

Jumat, 08 April 2022

Ramadhan Bersama Keluarga Tercinta (h6)


 

Hari ini tepat hari ke sepuluh saya menulis di kompasiana, selama ini beberapa tulisan mengenai puisi, cerpen, artikel, dan sedikit hasil dari penelitian yang pernah saya tulis hanya tersimpan rapi dalam laptop. Tetapi ketika saya membaca tulisan beberapa rekan di kompasiana, membuat saya tergelitik dan tertarik untuk menuangkan passion saya di sini. Entah apa namanya apakah saya telah jatuh cinta dengan kompasiana atau apalah namanya ?. Tetapi yang jelas saya hanya ingin berbagi lewat tulisan ini, dan berharap suatu saat nanti akan tersimpan rapi di sini. Ketika ada sahabat, kerabat, ataupun yang ingin membacanya toh mereka tidak sibuk lagi harus membongkar isi laptop saya. Hehehehehehhe!

              Mengapa kita harus menulis ya teman-teman ?

Meningatkan pada pesan sastrawan yang begitu masyhur Pak Pram (Pramoedya Ananta Toer)

“Orang boleh saia padai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah dan di tengah-tengah masyarakat”

Ketika kita menulis, maka kita telah meninggalkan goresan-goresan yang dicatat dalam sejarah, berupa warisan dalam bentuk tulisan. Walaupun sebenarnya saya adalah guru bahasa Indonesia di salah satu SMA di Kabupaten Musi Rawas, sayapun mesti harus rajin menulis. Karena saya akan berbagi informasi kepada murid-murid saya tentang belajar menulis, seperti menulis puisi, cerpen, novel, karya ilmiah dan lain sebagainya. Jadi mengingat pesannya Pak Pram, walaupun guru maka ketika tidak menulis maka akan hilang.

              Pagi ini sama seperti biasanya, mengantarkan istriku ke Raudhatul Athfal kami di jalan Majapahit. Kira-kira belum lima menit kami sudah sampai di RA, langsung saja istriku membuka pagar dan aku merapikan pohon markisa yang sedang rindang-rindangnya di sekolah kami. Sambil merapikan pohon markisa tak lama kemudian datanglah Umi Tia, salah satu guru di RA Kami. Umi Tia bersama putrinya kira-kira usianya 4 atau 5 tahun. Langsung menghampiri istriku dan bercerita

“ Umi ! aku dak puaso mi, jingokla jajan ku banyak nian” yang jika diartikan

 “Umi saya tidak puasa, lihat mi jajanan saya banyak sekali”

 

 

 


 

 

Saya dan istri tertawa bersama hhahahahahah

“Sini wak minta ujar ku”

“nah bagilah wak minta jajanan ayuk” ujar istriku dan diapun tersenyum.

               Kemudian selesailah saya merapikan pohon markisa di sekolah kami, dan langsung menuju pulang. Setelah sampai di rumah, kembali teringat beberapa kejadian pada saat sholat Taraweh malam tadi terutama Abang dan Dek Mamal.

              Masjid di komplek rumah kami tidak terlalu dekat dan tidak juga terlalu jauh, jadi cukup dengan berjalan kaki saja. Malam ini Masjid kami sudah mulai Taraweh dengan dua puluh tiga rakaat, sesampai di masjid kuperhatikan malam yang ke enam tidak sama seperti malam pertama, kedua, dan sampai kelima. Malam sebelumnya masjid kami penuh sesak, hingga jamaahnya tidak tertampung lagi, dan teras masjidpun digunakan untuk sholat. Tapi tidak dengan malam ini atau malam ke enam, masjid kami tidak lagi penuh sesak seperti malam-malam sebelumnya.

              Jika dihitung barisan bapak-bapak tersisa sekitar lima baris saja, sementara anak-anak di belakang kami sekitar satu barisan saja. Ketika bersholawat kutolehkan pandanganku ke belakang kulihat Abang dan Adek bersama teman-temannya mulai dari rakaat ke lima sampai sepuluh hanya duduk bersandar di dinding masjid. Dengan raut wajah yang kusut terlebih lagi menahan kantuk yang begitu berat dan kelelahan bermain bersama teman-temannya. Selesai rakaat ke dua puluh kulihat Abang, Adek dan teman-temannya juga ikut menyelesaikan sholat witir, selesai sholat witir kuarahkan pandanganku kebelakang tak terlihat lagi barisan anak-anak termasuk abang, dek akmal dan teman-temannya.

              Inilah fenomena di masjid dekat rumah kami, dan semoga saja tidak sama hal nya dengan masjid-masjid disekitar rumah sahabat-sahabat semuanya. Karena begitu sayang rasanya meninggalkan rumah Allah, yang pada saat nya nanti akan memberikan syafaat untuk kita. Tapi kita terlebih dahulu yang telah meninggalkannya.

              Sejujurnya ada rasa malu yang begitu dalam dan sesal dalam diri ini, sesal itu begitu menyayat hati, hingga menggores dan lukanya begitu dalam. Entah luka yang  begitu dalam ini akankah terobati, tapi walaupun terobati ia tetap meninggalkan bekas, bekas luka yang begitu pedih. Suatu saat nanti akan menjadi bukti, bahwa ketidakberdayaan diri ini mengajak menuju kearah kebaikan yang menjadi bekal dan kekal. Akankah di Ramadhan ini masjid kami kembali penuh seperti semula ?

              Inilah Ramadhan meninggalkan banyak kisah...

                  

 


Selasa, 05 April 2022

Ramadhan Bersama Keluarga Tercinta


 

Ketika kisah ramadhan hari ketiga ini kutulis, alhamdulillah kota Lubuklinggau sedang di guyur hujan cukup lebat. Sedari sebelum sholat asyar sore ini hari sudah mendung, mendung yang sangat berat. Benar saja ketika pergi ke Masjid kami berkejaran dengan hujan, kupacu sepeda motor milik istriku  dengan cukup cepat agar segera tiba di masjid, agar tak kehujanan. Memulai sholat asyar sore ini di ikuti dengan rintik-rintik hujan membuat sholat asyar kami semakin syahdu.

Hari senin merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur menyambut bulan suci Ramadhan, sedangkan jadwal ketiga jagoanku adalah selasa, kamis, dan sabtu. Karena masih dalam kondisi pandemi. Jadi jadwal sekolah mereka hanya tiga hari selama satu minggu. Selasa ini, merupakan awal dari ketiga buah hati kami masuk sekolah. Kuantarkan ketiganya sampai ke dalam pagar, memang kebahagiaan dan kesyahduan para orang tua adalah ketika mengantarkan putra dan putri kesekolah.

Sambil mengantarkan putra dan putri pergi kesekolah, ayah dan bunda bisa sambil bercerita kepada mereka. Begitu juga dengan ku, tak kulewatkan kesyahduan bersama mereka. “kagek baleknyo jam 9 kan dek” ucapku “tapi galak an baleknyo cepat bi” ujar kedua putraku. Ia ujarku kagek abi jemput yo ! ketika samgpai di sekolah, kurapikan tas mereka satu persatu dan ketiganya mencium tanganku, hati-hati ya sayang! Kulepaskan putra putriku menuju kelasnya masing-masing. Sambil kulantunkan doa semoga apa yang dicita-citakan nantinya akan tercapai.

Tepat sebelum jam sembilan pagi, aku sudah berada di depan pagar sekolah mereka. Kedua putraku pulang nya serentak, tapi tidak dengan Yuk Ima, karena yuk Ima kelas enam maka pulangnya lebih lambat. Sekitar jam 10. Kusambut kedua putraku dengan senyum, ayok bang, dek, ujarku. Selama perjalanan pulang keduanya bercerita tentang aktivitas mereka bersama teman-temannya disekolah. Ada yang bermain, ada juga yang tidak berpuasa, hingga tugas untuk hari berikutnya.

Jam menunjukkan pukul dua belas nol-nol, aku masih berada di depan laptopku. Datanglah dek mamal, dan “Abi boleh dak mecah puaso sekali be”

Dalam hatiku merasa iba, tapi tak ku tunjukkan ke putraku. “sini dek abi gendong yo” lantas kugendong belakang. Karena badannya memang berisi, terpaksa harus gendong belakang. Aku sambil senyum-senyum saja “bentar lagi abi dan tegendong lagi dengan adek ni” yuk “kito nonton sayang”

Dan tetap saja dek mamal, masih ingin pecah puaso. Yuk sini kito bareng bae sayang yo. Tak lama kemudian hape ku berdering...

Ternyata istriku minta jemput dari sekolahnya. Sebelum menjemput istriku, “adek abi jemput umi dulu yo” kagek kito tanyo umi boleh dak adek pecah puaso ?

 

Minggu, 03 April 2022

Ramadhan Bersama Jagoaan

 

Puasa  merupakan hal yang paling dinanti dan ditunggu- tunggu oleh kaum muslimin di seantero jagad raya, karena pada bulan puasa semua pahala akan dilipatgandakan. Dan semua dosa akan diampuni jika mejalankan puasa dengan baik. Di dalam bulan pusa juga ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, dan ada juga surat cinta yang Allah turunkan untuk umatnya pada bulan Ramadhan. Oleh karena itu Ramadhan begitu spesial bagi umat muslim.

Sehari menjelang sahur ketiga buah hati kami begitu semangatnya dan selalu bertanya-tanya “Abi kapan kito puaso bi yo” terutama anak yang bungsu. Dedek mamal kami memanggilnya di rumah, begitu juga anak pertama  dan anak kedua kami yuk Ima dan Babang Adzka kami memanggilnya. Mereka bertiga selalu semangat dan begitu antusias setiap menyambut bulan suci Ramdhan pun begitu juga tahun tahun sebelumnya. Padahal usia ketiga jagoaan kami masih tegolong anak-anak.

Yuk ima anak pertama kami saat ini kelas enam SD, sedangkan babang Adzka anak kedua duduk di kelas tiga SD, dan adek mamal anak ketiga kami masih kelas satu SD. Tetapi semangat mereka bertiga luar biasa dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Seminggu sebelumnya mereka bertiga dan uminya sudah bersiap siap menyambut tamu agung tahun ini, dengan menghias rumah dengan asesoris Marhaban Ya Ramadhan. Begitu juga dengan buku-buku tentang ramadhan sudah kami siapkan buat ketiganya.

Menjelang magrib tiba tepatnya dua April 2022,  sama seperti biasanya ketiaga anak kami. Mereka selalu sholat tepat waktu dan berjamaah, tepatnya di Masjid kompek perumahan kami. Tentu saja bersama-sama teman mereka, hingga akhirnya aku dan istri tercinta menyusul mereka ke masjid, Alahmdulillah gumanku dalam hati. Masjid penuh senak dan sulit bergerak, akupun tak bisa masuk ke dalam masjid dan hanya kebagian sholat magrib  di teras masjid. Beda dengan ketiga jagoaanku mereka lebih awal tentu saja ketiganya sholat di dalam masjid. Begitu juga degan sholat Isya dan Taraweh serta sholat Subuhnya masjid penuh dengan jamaah yang tidak ingin melewatkan hari pertama ini dengan begitu saja.

Tibalah waktu sahur, tepatnya tiga April 2022 atau 1443 Hijriah. Jam dua pagi istiku sudah bangun selalu kuperhatikan walaupun tidak waktu puasa beliau selalu bangun tengah malam dan sholat tahajjud. Terlebih lagi pada bulan Ramadhan kali ini jam dua sudah bangun dan memasak untuk kami sekeluarga besar. Tepatnya jam tiga malam ada yang memanggil anakku nomer dua “Abang” “abang” ternyata anak tetangga kami  “Adnan” namanya ia teman Abang Adzka dan dek mamal. Masuk sini “Nan” ujar istriku langsung beliau masuk dan membangunkan abang adzka ternyata walaupun masih seprti mengigau tapi sudah bangun karena diajak ngobrol sama Adnan, aku senyum senyum saja melihat buah hatiku dan temannya. Seperti inilah beberapa puluh tahun yang lalu ketika diri ini bersama-sama teman teman di kampung waktu itu saling membangunkan ketika sahur tiba.

Kulihat Abang Adzka dan temannya Adnan keluar rumah dan berteriak teriak di depan rumah membangunkan teman-teman nya yang lain. Dan mereka sepakat ku dengar untuk sholat subuh berjamah di masjidi. Ketika waktu menunjukkan pukul empat  kamipun sekeluarga makan sahur bersama tak lupa anak-anak memimpin doa untuk puasa.

Setelah selesai makan sahur, yuk Ima, bang Adzka dan Dek Mamal kulihat mereka bertiga mengaji sebentar dan disela-sela mengaji tentunya sambil minum. Kemudian merekapun berangkat kemasjid bersama teman-temannya untuk sholat Subuh berjamaah. Kondisi masjidpun sangat ramai baik orang tua, anak-anak penuh sekali masjid kami sampai ke teras-teras dipenuhi jamaah. Alhamdulillah, semoga kondisi ini selamanya bertahan ucapku dalam hati. Karena kondisi seperti ini sangat jarang terjadi kecuali di awal-awal Ramdhan saja, selebihnya kembali seperti semula hanya beberapa baris saja.

Keesokkan paginya mulai dai subuh kulihat ketiganya tak tidur lagi setelah pulang dari masjid lanjut mengaji kemudian bermain bersama teman-temannya. Sampai sekitar jam 10 pagi mereka masih asyik bermain bersama teman-temannya.

Sambil mengepel dan istriku menjemur pakaian, umi jingok mi adek mi ujarku “biasonyo jam 9 kagek la nak makan lagi” ucapku istikupun tersenyum hhhehehehhehe. Ia kami tau betul bahwa dek mamal setelah pulang sekolah jam 9 biasanya minta makan lagi. Dan ternyata memang benar pulang dari main “makan no” katanya meminta makan dengan neneknya. Hehhehehe “dek amalkan pose” kata neneknya hehehhehe dan dek mamal senyum-senyum dan tak jadi makannya.

Tapatnya jam 11 siang kulihat ketiganya tak kuat lagi menahan kantuk, dan mereka bertiga tertidur pulas. Memang kondisi hari yang sangat panas dari  dua minggu sebelumnya. Membuat Ramdhan tahun ini benar-benar menahan haus dan dahaga yang luar biasa hebatnya. Mohon doanya sahabat-sahabat semua semoga puasa kita dan anak anak kita semuanya dilancarkan dan diterima oleh Allah SWT. Dan pada akhirnya nanti Allah menyiapkan beberapa pintu syurga itu untuk umatnya dan kita termasuk di dalamnya, Aaminn. Lubuklinggau, Sumsel. 03/04/2022.

 

 

 

Tips Memilih Sekolah yang Tepat untuk Anak

Pendidikan formal masih menjadi primadona bagi orang tua, dan orang tua menganggap pendidikan formal ini harus ditempuh setiap anak. Di Indo...

Populer Post